Sabtu, 12 Maret 2011

SEJARAH BERDIRINYA TAPAK SUCI


 TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH--selanjutnya disingkat dengan TAPAK SUCI, adalah perguruan seni beladiri Indonesia yang memiliki kelengkapan organisasi, metode pembinaan, kurikulum pendidikan dan program, secara resmi berdiri pada tanggal 31 Juli 1963, atau bertepatan dengan 10 Rabi'ulawal 1383 H, di Kauman, Yogyakarta.
Sejarah TAPAK SUCI sebagai sebuah perguruan pencak silat, dimulai jauh sebelum itu.  TAPAK SUCI merupakan peleburan dan kelanjutan dari paguron-paguron yang beraliran Banjaran-Kauman, yaitu Kauman, Seranoman, dan Kasegu. Seiring dengan perkembangan jaman dan pengetahuan manusia, aliran Banjaran-Kauman yang menjadi akar keilmuan TAPAK SUCI terus dikembangkan secara metodis dan dinamis, tanpa meninggalkan kekhasannya. TAPAK SUCI adalah perguruan seni beladiri yang berlandaskan Islam. Dengan landasan Al Qur'an dan As-Sunnah, TAPAK SUCI memperkuat Ketauhidan kepada Allah SWT dan senantiasa berlindung dari berbagai bentuk kemusyrikan dan menyesatkan.
Menceritakan sejarah perguruan bukanlah berarti menceritakan jasa dan melebihkan keistimewaan dari satu orang.  Begitu pula dengan sejarah perguruan TAPAK SUCI. TAPAK SUCI bangkit dan tegak dalam panggung sejarah, bukan karena jasa satu orang, atau bukan karena hasil buah pikir satu orang.  Menceritakan sejarah TAPAK SUCI berarti menceritakan kisah banyak orang dalam panggung sejarah TAPAK SUCI. Lebih dari itu, menceritakan sejarah TAPAK SUCI berarti mengambil hikmah yang dalam akan nilai-nilai yang patut diteladani, yang terjadi pada lintasan sejarah itu sendiri.
Bermula dari dua pendekar kakak beradik, A.Dimyati dan M.Wahib yang belajar pencak kepada KH.Busyro Syuhada di Banjarnegara, Jawa Tengah. Selanjutnya, keduanya berkelana (mengembara) ke arah barat dan timur Pulau Jawa untuk adu kaweruh. Kelak kemudian setelah keduanya kembali ke Yogyakarta, selanjutnya menerima murid dan mendirikan paguron, yang kelak paguron itu menjadi cikal bakal berdirinya Perguruan TAPAK SUCI.
Arti lambang Tapak Suci
 Bentuk bulat : Bertekad Bulat
Berdasar biru : Keagungan
Bertepi hitam : Kekal dan abadi melambangkan sifat ALLAH SWT
Bungan Mawar : Keharuman
Warna Merah : Keberanian
Daun Kelopak hijau : Kesempurnaan
Bunga Melati Putih : Kesucian
Jumlah Sebelas : Rukun Islam dan rukun Iman
Tangan Kanan Putih : Keutamaan
Terbuka : Kejujuran
Berjari Rapat : Keeratan
Ibu jari tertekuk : Kerendahan Hati
Sinar Matahari Kuning : Putera Muhammadiyah
Ikrar Anggota TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH
  1. Setia menjalankan ibadah dengan ikhlas karena Allah semata
  2. Mengabdi kepada Allah, berbakti kepada bangsa dan negara, serta membela keadilan dan kebenaran.
  3. Menjauhkan diri dari segala perangai dan tingkah laku yang tercela.
  4. Mencari perdamaian dan kasih sayang serta menjauhi perselisihan dan permusuhan.
  5. Patuh dan taat kepada peraturan-peraturan serta percaya kepada kebijaksanaan pimpinan.
  6. Dengan IMAN dan AKHLAQ saya menjadi kuat, tanpa IMAN dan AKHLAQ saya menjadi lemah.
Laa hawla wa laa kuwwata illaa billaahil 'aliyyil 'adzhii
MUHAMMADIYAH
Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H).[1]
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hooge School Muhammadiyah dan selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School Muhammadiyah (sekarang dikenal dengan Madrasah Mu'allimin _khusus laki-laki, yang bertempat di Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan Mu'allimaat Muhammadiyah_khusus Perempuan, di Suronatan Yogyakarta).
Pada masa kepemimpinan Ahmad Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan seperti: Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, daerah Pekalongan sekarang. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.
Muhammadiyah juga memiliki beberapa organisasi otonom Muhammadiyah, yaitu:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Komentar